Padang, targetsumbar.com – Jika kita menilik kebelakang, Bank Nagari dahulu bernama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat/BPD Sumbar. Bank ini merupakan satu-satunya bank daerah yang berguna untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di Sumatera Barat. Bank Nagari berpusat di kota Padang.
Bank Nagari didirikan pada tanggal 12 Maret 1962 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat (PT BPD Sumbar). Pendirian tersebut dipelopori oleh Pemerintah Daerah beserta tokoh masyarakaat dan tokoh pengusaha swasta di Sumatera Barat atas dasar pemikiran perlunya suatu lembaga keuangan yang berbentuk Bank, yang secara khusus membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah.
Diperjalanannya hingga sekarang Bank Nagari sudah tersebar di beberapa kota atau kabupaten di Sumatera Barat bahkan telah ada di kota luar Sumatera Barat, yaitu Jakarta, Bandung dan Pekanbaru. Dimana pada tanggal 28 September 2013, Bank Nagari mulai menggunakan sistem Perbankan Syariah pada Bank Nagari Syariah.
Terlepas dari itu, saat ini Bank Nagari mampu mencatatkan perolehan laba yang sangat signifikan selama tahun 2016 lalu. Dimana perolehan tersebut tumbuh menjadi 11,43 persen dari tahun 2015 silam yakni Rp 317 milyar, prestasi ini termasuk pencapaian tertinggi beberapa tahun belakangan.
Meski situasi ekonomi masih dalam keadaan sulit, Bank Nagari Provinsi Sumatera Barat, Alhamdulillah masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp. 353 Milyar pada tahun 2016. Hasil ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena pada tahun 2015 silam hanya mengalami kenaikan sekitar 7 persen saja.
“Pada tahun ini laba bersih Bank Nagari meningkat 11, 4 persen. Meskipun kita sadari, situasi perekonomian sekarang memang masih sulit, bersyukur kita bisa bertahan. Kredit bertumbuh Rp 452 M, sebab kita dapat mengelola KUR yang membaguskan bagi Bank Nagari. Sedangkan dana pihak ketiga juga ikut tumbuh dengan kisaran Rp 1 Triliun. Kita bisa meresposisi dan melakukan efisiensi,” ungkap Dedy Ikhsan, Direktur Utama Bank Nagari Sumatera Barat dalam ekspos kinerja Bank Nagari tahun 2016 di Padang, Selasa (14/2)
Efisiensi yang dilakukan, menurut Dedy dapat dilihat melalui BOPO yang menjadi tolak ukur. Biaya operasional ini turun sebesar 0,59 persen.
Selain itu, Bank Nagari juga berhasil menekan NPL sehingga laba perusahaan bisa tumbuh sebesar 11,4 persen. “Tahun 2016, selain menekan NPL, asset Bank Nagari juga naik sebesar Rp. 1,3 Triliun. Meski situasi terjepit, kita masih bisa maksimal. Padahal kita juga sudah menaikkan 3 kali gaji pegawai ,” tambahnya yang juga didampingi Diektur Kredit Hendri dan sejumlah komisaris Bank Nagari.
Tahun 2017 sebut Dedy, tidak jauh berbeda denga tahun 2016. Hanya masih ada persoalan likuiditas dan belum bergairahnya dunia bisnis. Namun begitu, berbagai upaya terus dilakukan dengan strategi dan perubahan terus menerus, diantaranya dengan memperkuat kredit.
“Kita akan memperkuat kredit, secara khusus kita mengelola dana murah, kemudian mengembangkan budaya kerja pro aktif yang bisa menguatkan kompetisi. Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan service exelen. Seperti bank lain juga, kita akan mengembangkan service exelen,” paparnya lagi.
Maksimal, lanjut Dedy, divisi kredit yang menjadi ujung tombak di tahun 2017 ini akan dioptimalkan sehingga capaian target dapat direalisasikan. Divisi kredit akan dibagi dua agar lebih kuat. Satunya khusus menangani kredit konsumtif dan lainnya kredit produktif sehingga mampu meningkatkan ekspansi dan melewati tantangan tahun 2017 dengan baik.
Selain itu, diakui Dedy, dengan masih ketatnya tekanan ekonomi sepanjang tahun lalu membuat sejumlah indikator kinerja industri tidak tumbuh optimal, dan itu dirasakan seluruh perbankan di Tanah Air. Meski begitu, untuk tahun ini dia mengaku lebih optimistis walau belum ada tanda perbaikan ekonomi yang signifikan.
Sejumlah kebijakan pemulihan ekonomi pemerintah diyakini berperan mendongkrak kinerja sektor keuangan. Bank Nagari menargetkan pertumbuhan laba tahun ini di kisaran 11,15% dengan target pertumbuhan aset 10,5%, pertumbuhan kredit 10,5% dan pertumbuhan DPK 10,3%. **