Padang, targetdaerah.com – Kembali melanjutkan edisi sebelumnya, bahwa tambang batu kapur PT. Semen Padang di Bukit Karang Putih, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang. Terkait pengerukan batu kapur yang terus dilakukan setiap harinya, diprediksi warga setempat bakal suatu saat akan membuahkan banjir bandang.
Selain itu, disekitar lokasi tambang batu kapur PT.SP terdapat banyaknya kemiskinan dan keterbelakangan kehidupan masyarakat disana. Antara lain : di kampung Sikayan Mansek, kampung Sako, Karang Putih, Ngalau Baribuik, dan kampung Kasumbo.
Apabila kita mendatangi satu persatu kampung tersebut, jika ditemukan banyaknya anak-anak yang putus sekolah dan ada yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali, merupakan pemandangan yang sudah biasa. Meskipun mereka tinggal diatas negeri yang kaya raya akan hasil alamnya, dan dikatakan sebagai pencetak Dollar, yang mana setiap harinya terus diraup oleh perusahaan besar yang bernama PT.SP (BUMN) ini, namun kehidupan mereka tetap saja miskin alias melarat dan serba keterbelakangan.
Disampaikan Rudi, masyarakat disini selalu dihadiahi debu kapur, limbah kapur, getaran ledakan (blasting) yang dirasakan seperti gempa kecil. Dimana setiap harinya mereka nikmati tanpa pernah berhenti. Rasa ketakutan, kecemasan akan datangnya musibah terus menghantui pikiran mereka, jelasnya singkat.
Mariana (53 th) masih disekitar warga Sikayan Mansek kepada Target Sumbar memaparkan, bahwa ia sering dihantui ketakutan apabila hujan deras mengguyur kampungnya. Sebelumnya ia pernah mengungsi kerumah saudaranya selama satu bulan penuh sewaktu musim hujan panjang pada tahun lalu, hal itu dilakukannya karena takut bakal datangnya banjir bandang. Meskipun begitu ia (Mariana) merasa kasihan kepada warga lainnya yang terpaksa bertahan karena tidak ada biaya untuk mengungsi atau tidak punya saudara yang mapan untuk tempat mereka bisa menumpang. Sehingga mereka hanya bisa tetap berdiam jika musim hujan lebat datang, walaupun terus dihantui ketakutan namun mereka hanya bisa pasrah, terang Mariana singkat.
Sementara itu, warga lainnya yang bernama Zulbahri (42 th),bapak yang memiliki satu orang anak ini mengakui, bila ada warga disini melamar pekerjaan, baik untuk tenaga security ataupun buruh kasar di PT.SP, sulitnya minta ampun. Padahal sudah sangat banyak warga Sikayan Mansek yang telah mengajukan lamaran kerja tapi tidak ada yang diterimanya. Jadi wajar saja kalau banyak anak-anak disini yang tidak bersekolah, sebab orang tua mereka tidak mampu membiayai karena tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sedangkan untuk bertani atau berladang sudah tidak bisa lagi karena lahan mereka tercemar dan tertimbun limbah kapur. Ungkapnya.
Sedangkan jalan milik warga untuk akses keluar kampung ini sudah tidak ada lagi, akibat ditutup oleh pembangunan jalan baru milik PT.SP, dan yang lebih parahnya lagi jembatan milik warga yang telah diputus terkait pekerjaan jalan baru PT.SP tersebut, sampai sekarang tidak dibangunnya kembali. Sehingga Negeri Sikayan Mansek menjadi ter-isolasi dan serasa terkurung.
“Kampung kami ini serasa terkurung ditanah leluhur sendiri, begitu juga dengan negeri Kasumbo karena jembatan untuk akses mereka keluar sudah tidak ada lagi, sehingga mereka terpaksa memutar arah melewati jalan yang lebih jauh menuju ke jalan raya” pungkas Ari Darma Putra. Bersambung (Akmal)