TD – Menjelang akhir tahun lalu, seorang pria Rusia bernama Igor Ashurbeyli menawarkan proposal yang unik dan revolusioner. Ashurbeyli menyatakan dirinya tengah memimpin sebuah tim yang sedang mempersiapkan sebuah negara baru, namanya Asgardia.
Uniknya, negara baru tersebut tidak akan menyaplok lahan di Bumi yang sudah dikapling oleh 196 negara yang resmi berdiri. Asgardia akan berdaulat di luar angkasa dengan wilayah berupa wahana antariksa.
Nama Asgardia diambil dari Asgard, kota dalam mitologi Norwegia yang terletak di angkasa dan dihuni para dewa.
Menurut Ashurbeyli kepada The Guardian (12/10/2016), para penghuni awal negara antariksa tersebut masih akan memegang kewarganegaraan masing-masing, tetapi pada saat yang sama mereka juga menjadi warga Asgardia.
“Ketika jumlah pelamar sudah lebih dari 100.000, kami bisa secara resmi mengajukan diri untuk menjadi sebuah negara kepada PBB,” tambah Ashurbeyli.
“Kami harus meninggalkan (Bumi) karena sifat kemanusiaannya sangat banyak,” ujar Ram Jakhu, direktur Institut Penerbangan dan Antariksa Universitas McGill University dan anggota pendiri proyek Asgardia.
“Kemanusiaan meninggalkan Afrika dan menutupi seluruh dunia. Sumber daya Bumi akan habis,” katanya. “Ketiga, saya akan mengatakan, kita memiliki keinginan untuk pergi ke tempat yang belum pernah ada sebelumnya.”
Dalam laman resmi Asgardia disebutkan tiga tujuan penting pendiriannya dari aspek saintifik dan teknologi, yakni: Menjamin penggunaan antariksa secara damai. Melindungi Planet Bumi dari ancaman yang datang dari luar angkasa, seperti badai matahari, komet, dan sampah-sampah yang beredar di orbit Bumi.
Menciptakan basis pengetahuan di luar angkasa yang didemiliterisasi dan bebas diakses siapapun, khususnya negara-negara berkembang yang saat ini belum memiliki akses ke antariksa.
Sebuah impian yang bisa disebut utopis dan tak banyak dianggap serius. Apalagi jika mengingat betapa besar biaya yang dibutuhkan untuk mengirim berbagai perlengkapan yang dibutuhkan untuk membangun negara tersebut di antariksa, pun orang-orang yang menjadi pembangunnya.
Usai pengumuman, situs pendaftaran untuk menjadi warga Asgardia dibanjiri 500.000 aplikasi. Kebanyakan adalah mereka yang hanya bergurau dan meledek ambisi tersebut.
Asgardia lalu mengulang proses pendaftaran dengan memasang protokol yang lebih ketat dan, menurut New Atlas, saat ini terkumpul 200.000 pendaftar dari berbagai negara.
Tim proyek Asgardia, yang diperkuat ahli-ahli antariksa dari Kanada, Rumania, Rusia, dan Amerika Serikat, menunjukkan keseriusan mewujudkan ambisi mereka sekaligus membuktikan bahwa itu semua bukanlah lelucon.
Pada Selasa (13/6/2017) di Hong Kong, Igor Ashurbeyli mengumumkan bahwa “Negara Antariksa” yang dipimpinnya, Asgardia, akan segera meluncurkan satelit pertamanya, Asgardia-1, ke luar angkasa tahun ini. Satelit tersebut akan membawa informasi mengenai konstitusi, bendera, dan data diri dari hingga 1,5 juta warga negara antariksa tersebut.
“Asgardia-1 akan mengawali era baru antariksa, membawa warga negara kami ke luar angkasa dalam bentuk virtual, sebagai awal,” kata Ashurbeyli, yang saat ini menetapkan dirinya sebagai kepala negara, dikutip Cnet.
“Ia akan menjadi batu fondasi kami, dari mana kami akan mencoba menciptakan sebuah jaringan satelit yang akan membantu melindungi planet kami dari asteroid, suar surya, sampah antariksa buatan manusia, dan ancaman lain dari luar angkasa.”
Asgardia-1 akan diluncurkan oleh perusahaan NanoRacks pada musim gugur 2017 di belahan utara Bumi –sekitar bulan September. Satelit kedua mereka dijadwalkan untuk meluncur pada 2018.
Pada akhirnya mereka akan membangun stasiun ruang angkasa permanen, “di mana orang dapat hidup, bekerja, dan memiliki peraturan mereka sendiri,” ujar salah satu anggota pendiri kepada Business Insider.
Selain satelit, Asgardia juga mengumumkan bahwa rancangan konstitusi negara tersebut sudah selesai dibuat dan pada 18 Juni 2017, para warga yang sudah terdaftar akan melakukan pemilihan untuk menyetujui rancangan UUD tersebut atau tidak.
Pada tanggal yang sama juga mereka akan memilih bendera, lambang, dan lagu nasional yang akan digunakan sebagai identitas negara Asgardia.
Sebenarnya, dapatkah sesorang membentuk negara baru di luar angkasa?
Ashurbeyli, yang juga pendiri Pusat Penelitian Internasional Aerospace (AIRC) di Rusia dan ketua komite ilmu pengetahuan ruang angkasa Unesco, menjelaskan, “Asgardia adalah negara yang sepenuhnya matang dan independen, dan anggota PBB pada masa mendatang.”
Namun, menurut undang-undang antariksa internasional saat ini, negara yang meluncurkan objek ke luar angkasa memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala hal yang berkaitan dengannya, seperti kerusakan yang diakibatkannya kepada penghuni Bumi.
Christopher Newman, ahli hukum antariksa dari University of Sunderland, Inggris, mengatakan masih belum jelas bagaimana Asgardia akan masuk dalam regulasi internasional yang berlaku saat ini. Ia juga memperkirakan banyak rintangan yang mesti dilewati Asgardia untuk bisa diakui sebagai sebuah negara.
“Ini merupakan perkembangan yang menggairahkan, karena akan menarik untuk melihat ke mana arah laju hal seperti ini,” kata Newman dikutip The Guardian.
Pembangunan sebuah tempat untuk bisa menampung ratusan ribu manusia di antariksa jelas membutuhkan biaya yang mahal. Sebagai perbandingan, Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dibangun bersama oleh 18 negara dengan dana USD100 miliar.
Juru bicara Asgardia, Timothy Wild, menolak mengungkapkan dari mana negara tersebut didanai. Ia hanya menyatakan bahwa Ashurbeyli menyisihkan sebagian besar hartanya sebagai dana awal pembangunan negara.
Namun pada situs resmi Asgardia, mereka menyediakan laman khusus bagi Anda yang ingin ikut menyumbang dana guna pembangunan negara antariksa pertama tersebut.
Discussion about this post