Padang, TD – PT.Semen Indonesia (PTSI) tentunya tidak mau berlama atau dibilang ragu dalam menentukan sikap untuk menetapkan direksi baru PT.Semen Padang (PTSP) kedepan, utamanya penetapan pemimpin definitif (Dirut PTSP) pengganti Beny Wendry.
Pemegang saham mayoritas di PTSP adalah BUMN, maka pastilah menjawab segera rasa penasaran masyarakat Sumatera Barat, utamanya karyawan PTSP yang menurut pantauan media ini terlihat “resah dan gelisah”.
Dimata dunia,Semen Indonesia (SI) sudah diakui sebagai holding yang kokoh. Maka dari itu, SI tak perlu lagi banyak bertimbang menyoal aspirasi dan kepedulian masyarakat Sumbar, khususnya warga Kota Padang terhadap perusahaan kebanggaan urang awak (PTSP) ini.
“Dari berbagai perspektif beberapa LSM di Prov. Sumbar berpendapat, kebijakan pemegang saham dalam memilih atau menetapkan putra daerah yang jujur, bersih serta pandai mengayomi karyawan dan masyarakat lingkungan. Utamanya tulus untuk kemajuan pabrik, bersinergik bersama dibawah naungan Semen Indonesia. Sosok itu, tentulah sudah ada di depan mata”. Sebut Amril, Ketua LSM PENJARA Prov. Sumbar, Selasa (14/11/17).
Meskipun terlihat terdengar bahwa masyarakat Sumbar inginkan putra daerah lah yang duduki kursi Semen Padang satu. Dirasa tidaklah berlebihan, aspirasi itu merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja. Seperti nasehat orang tua kita minang “kuah tatunggang ka nasi, nan kamakan anak kito juo (tidaklah masalah bila kuah sambal tertumpah kedalam nasi yang makan anak kita juga)” toh PTSP adalah ujudnya PTSI juga, layaknya seorang anak dengan ibunya. Bukankah PTSP anaknya PTSI, jadi adalah lumrah bilamana begitu. Sebut Amril menjelaskan.
Padahal kita bersama tahu, di pemerintahan Presiden Jokowi dimana kabinetnya merupakan Kabinet kerja cepat dan tepat. “Lebih Cepat Lebih Baik” bahasa inovatif ini merupakan kalimat yang disaluti masyarakat Indenesia nan di ucapkan oleh Wakil Presiden kebanggan kita “Jusuf Kala”. Karenanya, penetapan direksi PTSP yang baru kedepan tidaklah musti terus molor, sebutnya.
Keputusan diambil/ditetapkan dengan musyawarah mufakat, dengan mengedepankan kebersamaan bak seperti menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus tepungnya tidak berserak. Istilah kerennya, bila disebuah perusahaan disebut RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) mustilah kedepankan aspirasi daerah itu sendiri. Kita NKRI banget, maka tidaklah jadi soal bila setiap aspirasi positif, dapat dijadikan referensi dalam pengambilan suatu keputusan. Sebut Amril lagi.
Seperti permainan bola kaki, yang paling hebat menilai para pemain tentulah supporter/penontonnya. Karena penonton dapat lebih leluasa melihat dari segala sisi. Kami inginkan kemajuan PTSP semakin pesat kedepannya, hendaklah didudukan sosok yang pas dan berbudi, putra daerah minang ini.
Bak kata pepatah urang awak “Anggang nan datang dari lauik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi nan manyambuik, pumpun kuku patah pauahnyo. Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati”. (pemimpin yang disambut dengan budi yang baik dan tingkah laku yang sopan, musuh sekalipun tidak akan menjadi ganas. Sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dan bijaksana, pastilah nyaman kedepannya).
Nah, sosok karakter pemimpin seperti ini sudah di bibir banyak orang sebagai pengganti Benny Wendry itu, khususnya warga lingkungan dan karyawan PTSP. Pastinya sosok nan layak dan pas tersebut, dirasa pemegang saham dan direksi SI sudah memahaminya. Penetapan itu, lebih cepat lebih baik adalah tindakan tepat, papar Amril.
Jika penetapan itu masih berlama, tentunya kemungkinan terganggu hal-hal yang menyangkut perkembangan ataupun kemajuan perusahaan. Misalnya, SOP yang telah dibuat oleh direktur sebelumya, dirasa tidak bisa berjalan pas sebagaimana semestinya, atau keresahan pada level bawah makin meluas. Tutup Amril menyudahi pandangannya kepada awak media ini.
Berdasarkan informasi di internal perusahaan, hal itu terus menjadi gonjang ganjing. Keseriusan dan tanggungjawab karyawan pada pekerjaannya, sedikit menjadi terganggu. Padahal sesuai moto PTSP “Kita Telah Berbuat Sebelum Orang Lain Memikirkannya”. Sebut Surya Sutan Rajo Alam, salah seorang Pemerhati PTSP, Rabu (15/11).
Konon katanya, sudah sangat banyak semen swasta merek lain mendominasi pangsa pasar dibanyak provinsi di Indonesia ini. Jika informasi itu benar, mustilah cepat mengantisipasinya. Jika sebaliknya tentulah produk Semen Indonesia yang dibanggakan ini, berkemungkinan tertinggal tergilas, baik mutu maupun harga.
Untuk itu, alangkah baiknya penetapan direksi SP yang baru dapat dipercepat tanpa bisa di intervensi oleh pihak yang miliki kepentingan tertentu. Dan selanjutnya, direksi PTSP yang baru nantinya diharap mampu “Membangun Kompetensi Mewujudkan Strategi”. Sebut Surya mulai mengeluarkan ilmu pamungkasnya.
Biasanya, sebut Surya, salah satu tahapan guna merumuskan strategi itu bisa dengan cara memantau kondisi internal. Pantauan terhadap kondisi internal ber intikan kegiatan guna memeriksa kesesuaian kondisi internal dengan kebutuhan pasar, yang senantiasa sering mengalami peruabahan. Untuk itu, perusahaan harus memastikan apakah memiliki sumberdaya (tangible dan intangible) untuk mampu memenuhi permintaan dan penguasaan pasar.
Dalam kaitan ini, pertanyaan yang harus diajukan adalah, apakah SDM di jajaran direksi PTSP nantinya mempunyai kompetensi yang cukup untuk membangun kapasitas, mampu menyikapi strategi dan kebutuhan pasar. Lebih dari itu, harus dipertimbangkan bahwa untuk merebut pangsa pasar, kompetensi SDM yang dibutuhkan bukan hanya merespon tindakan pesaing. Akan tetapi mustilah mendahului hingga perusahaan mempunyai posisi yang kompetitif. Beber Surya Sutan Rajo Alam berbagi ilmu dengan penulis ini.
Masing-masing perusahaan memiliki kemampuan dan strategi dalam menguasai pangsa pasar ataupun pengembangan perusahaan. Setiap perusahaan bebas menentukan strateginya. Akan tetapi, jika SDM para petingginya “bermental bobrok”, pastilah akan berdampak buruk pada perusahaan itu kedepannya. Terutama perusahaan milik BUMN bidang dunia persemenan ini.
Mengingat kualitas dan persaingan harga semen makin ketat. Menurut hemat kami, alangkah baiknya pakar dunia persemenan BUMN terdahulu yang miliki kemamampuan luar bisa, dan terbukti berjasa dengan karya nyatanya terhadap kejayaan dengan lahirnya nama PT.Semen Indonesia ini, kembali diberi pegang kendali. Siapa sosok tersebut, pemegang saham dirasa sudah mengantonginya. Selagi pejuang brilian Semen Indonesia itu masih sehat dan bugar, perlu ditarik beri amanah. Tutur salah seorang karyawan PTSP yang disampaikannya melalui via selularnya kepada media ini.
Bilamana penetapan direksi PTSP sudah ketok palu. Sekali lagi perlu kami tekankan, semua pihak menerima dengan legowo dan berlapang hati demi kemajuan perusahaan BUMN bidang dunia persemenan kedepannya. Sebut Surya lagi menyarankan.
Perlu difahami, bilamana muncul pihak-pihak yang tidak puas melakukan hal-hal yang bisa menggangu lajunya perusahaan BUMN ini. Misalnya menghasut warga ataupun karyawan melakukan demo. Bisa berisiko dipidana dengan Undang-undang darurat. Pungkas Surya serius.
Sekedar referensi, permainan kotor atau pengalaman kelam semacam itu, sebelumnya sudah pernah terjadi. Untuk sekarang ini, trik itu sudah gosong alias sudah kampungan. Sekiranya kembali dimainkan, kita bersama sudah pahami siapa aktor dibelakang itu. Sebut Surya mengingatkan.
“Pada prinsipnya, dimanapun perusahaan itu berdiri, bila kesejahteraan karyawan terjamin, maka tidaklah mudah terprovokosi”. Sebut Surya ber persepsi.
Selain itu, bilamana direksi PTSP kedepan telah ditetapkan, diharapkan kesejahteraan pekerja hendaknya diperhatikan. Karena informasi yang berkembang, kesejahteraan karyawan jauh dikurangi, sehingga mayoritas karyawan level bawah “mengeluh dan tarik napas yang entah kapan bisa ditarik lagi”. Sebut Surya Sutan Rajo Alam.
Sebagai pemimpin atau pemegang kendali di sebuah perusahaan, bila kita berbuat kebaikan dan peduli akan kesejahteraan karyawan, tentulah itu akan mendatangkan pahala nan berlimpah. Biasanya bila terjadi kesalahan, selalulah buruh kecil yang kena imbasnya. Untuk kedepannya, ini perlu dirubah. Setiap perubahan ke yang baik, tentunya mendatangkan keindahan yang juga baik serta pastilah diridhoi Tuhan YME.
Yang sangat penting adalah, sesama SDM petinggi PTSP, harus saling mendukung, kompak dan solid. Jangan ada perilaku manusuk kawan se iring, manikam dari belakang serta mengkota-kotak kawan. Bak kata pepatah minang “Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi”/(ubungan yang erat sesama manusia (petinggi) bukan karena emas dan perak, tetapi lebih di ikat budi nan baik).
Jayalah Semen Indonesia, tempatkanlah direksi PTSP dan Komut yang jujur dan brilian. Penetapan direksi baru PTSP musti cepat dan tepat “Pejuang Brilian PTSI, Saatnya Pegang Kendali”. Sekian dan terima kasih, sebut Surya Sutan Rajo Alam sembari berjalan tinggalkan penulis ini. (TIM).
Discussion about this post