Padang, TD – Rakyat Indonesia, terutama masyarakat Sumatera Barat tentunya masih teringat akan sejarah panjang atas munculnya nama PT. Semen Indonesia (PTSI), yang kita tahu telah menjadi raja persemenan di negara ini. Selain itu, untuk dikancah Internasional, Semen Indonesia makin diperhitungkan.
Hanya saja sangatlah kita sayangkan, bila sosok pejuang, pendiri dan penggagas lahirnya PTSI itu, musti hilang bak seperti ditelan bumi atau mungkin saja perlahan-lahan sengaja dilupakan. Mungkin cukup panjang kiranya, bila berkisah cerita jika di urut kembali kebelakang. Sebut Indrawan, Ketua Umum Komunitas Anak Daerah (KOAD), sekaligus pemerhati PT.Semen Padang (PTSP).
Melalui anggotanya, panjang lebar dipaparkan bahwa salah seorang pejuang dan penggagas PTSI merupakan sosok yang benar-benar cerdas, sederhana dan legowo berbuat serta menjalankan kebijakan pemerintah kala itu.
Satrio, seorang putera terbaik bangsa di bidang dunia persemenan di republik ini. Pantas digelari seorang pemimpin yang tak pernah menyerah dan bijaksana dalam mengurusi produksi persemenan. Sosok dia selalu tampil dengan program dan karya nyata untuk memperbaiki produksi persemenan SG Group, sewaktu Satrio menjabat Direktur Utama Semen Gresik kala itu, papar Indrawan.
Sebutan sebagai pemimpin yang tak pernah menyerah dan bijaksana tersebut, pertama kali dialamatkan kepada Satrio sewaktu dirinya sukses menyelesaikan aspirasi masyarakat Sumatera Barat terkait PTSP atau yang dikenal dengan tuntutan Spin Off, tahun 2003 silam.
Dengan tetap mengacu pada aturan hukum dan perundang-uandangan. Dimana kala itu, PT.Semen Gresik yang dulunya dipercayakan kepada Satrio untuk menyelesaikan kesalahfahaman sekaligus mendinginkan pertikaian masyarakat minang, utamanya karyawan PTSP terhadap Semen Gresik (PTSG). Terbukti PTSP dapat didinginkannya dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya yang luar biasa. Papar Indrawan kembali melalui anggotanya, Rabu (08/11/17) kepada media ini.
“Pada kenyataannya, sesudah kami amati semenjak dari tahun 2003 sampai saat ini. Semen Padang (PTSP), Semen Gresik (PTSG), Semen Tonasa, sudah duduk sejajar dengan bergabung menjadi Semen Indonesia sebagai holding. Anehnya, kenapa begitu cepatnya nama beliau terhapus, dan begitu sedikit sekali mereka yang mau menghargai perjuangan luar biasa beliau itu,” sebutnya lagi dengan wajah terheran.
Setahu kami, keberanian dan kebijaksanaan beliau dalam mengambil sikap menyelematkan aset negara waktu itu (2003) di bidang persemenan ini, patutlah untuk kita acungkan jempol. Kalau ada jempol kami empat, maka jempol empat ini yang akan kami acungkan. Untuk lebih jelasnya tentunya kita bisa konfirmasikan langsung ke Semen Indonesia tentang kesuksesan dan suka dukanya perjuangan beliau dikala itu, pungkas Indrawan.
Dikesempatan yang sama, Menurut informasi yang kami dapati, ungkap Sofyan Rajo Bujang, Sekretaris Laskar Anak Nagari, tampaknya pejuang SG Group itu seperti terkesampingkan. Padahal dahulunya beliau adalah sosok yang tegar dan tegas serta bijaksana dalam menyelamatkan aset negara. Yang kita tahu, beliau dalam mengambil dan menentukan keputusan tepat disertai spekulasi tinggi demi tercapainya kesejahteraan orang banyak, terutama bagi ribuan karyawan PTSP, waktu itu dilakukannya dibawah tekanan banyak pihak.
“Saat ini, kita bisa melihat dan merasakan bahwasannya kondisi SP sekarang dengan kondisi terdahulu sangatlah jauh berbeda. Dimana kemajuan yang begitu pesat terus dialami oleh SP, SG, Tonasa dan Semen Indonesia sebagai holding yang merupakan gagasan dan strategi cemerlangnya Satrio”, pungkas Sofyan menuturkan.
Tak terbayangkan, andaikata keputusan pahit dan jitu itu tidak dilakukan beliau, maka dimungkinkan persemenan di Indonesia akan lepas ke tangan swasta, terutama PTSP. Tapi pada kenyataannya, dengan munculnya Semen Indonesia, menjadikan SI sangat dikagumi dunia. Papar Sofyan lanjut menuturkan.
“Walau bagaimanapun, kami sebagai akar rumput di PTSP ini terus bertanya-tanya “Satrio bak seorang Satria, halo Pak Satrio dimana anda sekarang, apakah anda sehat-sehat saja, mudah-mudahan saja begitu”. Ungkap salah seorang karyawan PTSP seakan menyapa beliau melalui media ini sembari memotong komentarnya Sofyan Rajo Bujang.
“Sungguh mulia hatimu, menahan segala manuver politik maupun tekanan dengan tanpa pernah menghargai perjuanganmu. Yaitu, mempersatukan persemenan menjadi salah satu perusahaan BUMN yang kokoh dan hebat ini” ungkapnya lagi.
Memang sangatlah tepat SG menunjuk salah satu anak bangsa yang cerdas dan sangat professional dalam menyelesaikan masalah pelik antara SP dan SG, kala itu. Namun sesudah semua keberhasilan itu tercapai, kami tidak tahu lagi bagaimana rekam jejak karir dia selanjutnya. Tapi cita-cita dia sudah tercapai, yakni mempersatukan persemenan yang kokoh di negeri ini, tukuk karyawan PTSP ini.
Ibarat buah mangga, kita tahunya hanya memetik buahnya saja tanpa kita tahu siapa yang menanam. Jangan hanya berebut buahnya saja, alangkah baiknya kita ingat dan hargai siapa yang menanam. Kami masih teringat ucapan beliau sewaktu mempersatukan persemenan di Indonesia, “Kalau benar katakan benar, dan jika salah katakan salah”. Tutupnya mengisahkan singkat, rekam jejak pejuang dunia persemenan BUMN itu.
“Pejabat yang terhormat di BUMN, khususnya pemegang saham. Alangkah baiknya orang seperti beliau perlu kita ingat jasa-jasanya didunia persemenan ini”. Ujar Indrawan kembali melanjutkan.
Orang yang cerdas dan brilian itu tak semestinya kita diamkan. Setiap ilmu anak bangsa yang mampu membangun negeri ini, selagi dirinya masih sehat dan bugar, perlu diberikan amanah. Apalagi, mengingat persaingan harga semen BUMN dengan semen swasta sangat signifikan jauh. Artinya harga semen perusahaan swasta lebih murah dibandingkan dengan harga produksi semen dibawah naungan BUMN ini, sebut Indrawan.
Orang yang berpola brilian, jujur dan bijaksana, mustinya diberi amanah pegang kendali untuk bisa mengimbangi strategi jitu yang dimainkan oleh dunia persemenan swasta. Bilamana sebaliknya, maka perusahaan persemenan BUMN bisa saja berkemungkinan tergilas.
Kami hanya bisa berharap kepada pejabat negara yang kita cintai ini. Alangkah baiknya bagi mereka yang kompeten dari dahulunya, dimintai pendapat dan masukannya kembali demi efisiensi biaya produksi Semen Indonesia kedepannya. Tentunya dengan tanpa mengurangi lapangan pekerjaan dan kesejahteraan para pekerja. Papar Surya Sutan Alam, salah seorang pemerhati PTSI, ikut menambahkan
Mustinya, orang yang miliki keahlian dalam membuat aneka masakan Padang, dialah yang layak menjadi pimpinan dapur. Janganlah orang yang miliki keahlian membuat kue nan ditunjuk menjadi pimpinan dapur masakan Padang. Jika hal itu terjadi, pastilah secara perlahan-lahan rumah makan Padang berujung bangkrut alias gulung tikar. Artinya, posisikanlah ke ahlian seseorang itu pada tempatnya, dan kalau merujuk pada keadilan musti tempatkan sesuatu itu pada porsinya. Begitu juga demikian halnya didalam sebuah perusahaan, apalagi di perusahaan besar BUMN yang kita banggakan ini, tutup Surya Sutan Rajo Alam. (Red)
Discussion about this post