Pasaman, TD.Com – Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Kabupaten Pasaman, Kamis, (11/08/22) yang dihadiri oleh Ketua DPW Partai Masyumi Sumbar Haji Budiman S.Si, M.A, MH, berlangsung dalam nuansa kebersamaan. Dalam Rapimda ini, DPW Partai Masyumi Sumbar menerima berbagai masukan dari pengurus DPD Masyumi Kabupaten Pasaman.
Rapimda Partai Masyumi ini mengusung tema Persiapan pasca diterimanya SK Menkumham R.I sebagai Partai peserta Pemilu 2024. Sekaligus menyikapi dinamika partai Masyumi, baik tingkat Nasional maupun daerah.
Melalui siaran persnya, Ketua DPW, Haji Budiman menyampaikan, kita menyadari banyak hal yang musti diperbaiki dan kita juga harus sadar akan berbagai kekurangan kita di daerah ini. Artinya, tidak sehebat ketokohan Masyumi di era tahun 1955. Meski begitu, kita boleh bangga bahwa Pimpinan kita di Majelis Syuro maupun Ketua DPP, seperti DR. Ahmad Yani, tidak diragukan lagi popularitas dan integritasnya, dan hal itu cukup memberikan motivasi bagi kita.
“Itu untuk di tingkat Pusat, sementara untuk di tingkat daerah, kita belum memiliki tokoh tokoh yang termasyur nan bisa mengangkat Masyumi ke pentas politik yang saat ini masih banyak menggunakan politik uang atau sejenisnya, bak seperti Superman”, sebutnya.
Meski kita tidak memiliki yang namanya Superman, lanjut Budiman, tapi kita memiliki supertif, inilah kelebihan kita.
Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kecintaan kita kepada Partai Masyumi, terkadang bisa saja membuat teman yang lain merasa tidak suka, yang walau maksud baik kita itu pada prinsipnya ialah untuk kebesaran Partai.
“Bagaimana supaya sesama teman pengurus bisa saling memahami, maka diperlukan komunikasi politik yang baik nan berkelanjutan”, papar Budiman.
Kemudian kita dalam memimpin Partai Masyumi, imbuh Budiman, ibarat seperti memimpin sholat. Artinya, IMAM yang ditunjuk dalam memimpin sholat, harus berusaha untuk melaksanakan sholat tersebut dengan baik hingga selesai. Meskipun imam memiliki hak otoritas untuk menyelesaikannya. Namun jika imam itu salah, maka makmum berhak untuk menegur, dan imam harus memperhatikannya. Begitu juga sebaliknya, jika imam itu kentut atau batal wudhunya, maka ia harus legowo untuk mundur.
“Jangan sampai kita sudah batal wudhu, tapi masih ngotot untuk menjadi imam. Nah, hal ini tidak boleh terjadi. Begitu juga dalam memimpin Partai Masyumi ini. Siap memimpin jika kita dipercaya sebagai pemimpin, namun jika kita sudah tidak lagi dipercaya, maka kita tidak boleh lagi ngotot untuk terus memimpin”, pungkas Ketua DPW Masyumi Sumbar, menuturkan.
Haji Budiman juga menambahkan, penilaian obyektif diperlukan terhadap diri sendiri. Jika ada teman yang berkekurangan, maka kita berkewajiban menutupi kekurangan itu.
“Sebaliknya, ketika ada teman kita yang mengingatkan, jangan merasa hal itu di anggap suatu kritikan kebencian, namun anggaplah hal sedemikian sebagai bentuk perhatian atau kasih sayang dari teman. Begitulah yang ditanamkan dalam kepengurusan Partai Masyumi ini”, tutup H. Budiman S.Si, M.A, MH. (TIM).
Discussion about this post