Padang, targetdaerah.com – Mantan RT Kampung Sikayan Mansek, Jaiman (65 th) kepada awak media ini menerangkan bahwa air sumur di kampungnya sudah tercemar limbah kapur akibat penambangan batu kapur PT. Semen Padang. Sehingga air sumur tidak bisa lagi digunakan untuk kebutuhan air minumnya begitu juga dengan warga lainnya, baik untuk memasak dan lain sebagainya. Kejadian ini sudah disampaikan oleh Jaiman ke PT.SP dengan tujuan agar pihak perusahaan dapat mengatasi limbah kapur yang dihasilkannya. Namun pihak PT.SP tidak pernah menanggapinya, malahan limbah kapur PT.SP semakin hari semakin merusak lingkungan apalagi lingkungan Sikayan Mansek ini. Tutup Jaiman.
Ditempat terpisah, Ari (31 th) ketika dikonfirmasi Target Sumbar (06/01/16) dirumahnya yang terlihat lesu dengan kondisi rumah yang memprihatinkan, dengan mata berkaca-kaca menyampaikan. Apabila hujan mengguyur kampungnya, ketakutan yang dirasakan bersama istrinya akan kekawatiran bakal datangnya banjir bandang sering menghantui keluarganya. Meskipun begitu, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berharap agar pemerintah setempat segera memikirkan nasibnya dan masa depan tanah leluhurnya.
Selain itu, ia (Ari) berharap agar Pemda dan Pemrov Sumbar berkenan meninjau kondisi kampung Sikayan Mansek ini secara langsung agar pemerintah dapat membuka hatinya untuk mencarikan solusi terbaik bagi masa depan kampungnya ini, karena posisinya tepat berada di mulut tambang batu kapur PT.SP. “Apabila bencana banjir bandang itu datang, maka kampung kami ini bakal porak poranda dan tentunya akan banyak memakan korban jiwa” tutur Ari.
Ditambahkanya, mengenai kondisi air sumur juga mengalami hal yang sama yakni tercemar limbah kapur PT.SP. Sedangkan jalan lama kampung Sikayan Mansek sudah tidak ada lagi karena tertutup oleh jalan baru milik PT.SP, sehingga warga disini serasa terkurung dan ter-isolasi ditanah leluhurnya sendiri akibat jalan kampungnya telah terputus, jelasnya.
“Puluhan pemuda Sikayan Mansek banyak yang pengangguran, hanya 3 orang yang bekerja di PT.SP, itupun sebagai buruh kasar dengan gaji yang sangat kecil” jelasnya lagi.
Diakui Ari, selama ini ia tidak pernah mendapatkan bantuan atau sumbangan sama sekali dari PT.SP atau dari CSR PT.SP. Sedangkan lima orang kemenakannya yang masih berumur 10 sampai 16 tahun terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya, tutup Ari berkaca-kaca.
Dari hasil pantauan Target Sumbar, terlihat bekas sawah warga yang sudah tertimbun lumpur batu kapur dan telah keras mengering. Sedangkan pohon kelapa, pohon durian dan tanaman lainnya tampak tidak berbuah lagi, sementara jalan lama milik warga sudah tertutup akibat pembangunan jalan baru milik PT.SP. Bersambung (Akmal)