TS – Berita seputar sumbarTS – Sebagai perhelatan tahunan bergengsi skala Internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Tour de Singkarak (TdS) ternyata masih butuh evaluasi besar. Pertanyaannya kenapa butuh evaluasi? Persoalannya, ada banyak kasus yang notabene mengganggu aktifitas ataupun kepentingan masyarakat luas. Salah satu contoh seperti acara pernikahan, karena akses menuju ke acara pernikahan itu, terjadi kemacetan yang belum terkendali dengan baik oleh pihak pengelola TdS.
Sesuai jadwal yang ditentukan, acara ini berakhir pada tanggal 14 Agustus 2014, bertepatan pada hari Minggu, di mana banyak warga menggelar acara pernikahan. Penutupan atau grand finish yang berlangsung di Kota Padang, tepatnya di Pantai Muaro Lasak. Dampak kemacetan di kota tersebut terjadi dibanyak titik, yang mana biasanya dihari minggu memang lebih ramai karena banyak warga yang bepergian ke sana ke mari, termasuk ke acara pernikahan.
Salah seorang warga Kota Padang berinisial BU yang tinggal di kawasan Parupuk Tabing, sempat mengeluhkan kondisi tersebut. Dia mengatakan acara pernikahan saudaranya yang digelar pada Minggu 14 Agustus 2016 tidak terlaksana sebagaimana harapan, yaitu sepinya tamu undangan yang hadir.“Saat dihubungi, beberapa di antara mereka menyebutkan alasan jalan ditutup karena TdS,” katanya kepada targetsumbar.com.
Hal serupa dialami oleh pemuda berinisial TG yang tinggal di kawasan Parak Anau, Kota Padang. Dia menyesalkan kondisi pernikahan kakaknya yang ternyata sepi dari kedatangan tamu undangan. “Sedih rasanya, padahal sudah sewa banyak untuk ini dan itu, tapi ternyata undangan yang datang sangat sedikit. Banyak para undangan menjelaskan tak bisa datang, karena jalan ditutup akibat TdS,” ujarnya.
Kejadian tersebut tidak yang pertama kali terjadi selama terselenggaranya TdS di Sumatera Barat. Pada tahun 2015, ada laporan yang menyebutkan bahwa rombongan penjemputan mempelai terhalang kemacetan yang bermasalah akibat TdS, sehingga terlambat sampai di tempat acara pernikahan. Padahal, warga tersebut sudah memperkirakan waktu sesuai yang diagendakan dan diumumkan oleh panitia.
Memang, pemberitahuan untuk jadwal TdS 2016 sudah beredar di mana-mana, agar warga bersiap-siap jika hendak bepergian. Informasi utama beredar pada situs resmi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sumbarprov.go.id, yang memberi tahu rute jalan delapan etape Tour de Singkarak. Bahkan, beberapa situs berita menyampaikan jam mulai dan jam berakhir. Namun, ternyata berbagai faktor menyebabkan sejumlah warga memilih untuk tidak keluar rumah.
Perselancaran di media sosial pun memperlihatkan beberapa warga yang sempat mengabadikan momennya menikmati kemacetan saat hendak menuju lokasi pesta pernikahan. Beberapa di antara mereka mengeluhkan, ada juga yang hanya melaporkan.
Itulah salah satu persoalan yang dirasakan warga dan masih banyak lagi keluhan lainnya. Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, sudah sewajarnya Pemprov Sumbar selaku pelaksana kegiatan untuk mengevaluasi lebih lanjut. Suka tidak suka mesti di evaluasi kembali, kebijakan ada di tangan pemerintah yang mestinya bisa mengontrol aktivitas masyarakat.
Jika hal itu di anggap receh, maka akan banyak kerugian yang dihadapi warga pada perhelatan TdS di tahun-tahun berikutnya, yang tentunya berdampak pada kondisi perekonomian masyarakat. Pastinya, tentu ini tidak sesuai dengan tujuan dan harapan Tour de Singkarak yang hendak meningkatkan promosi wisata Sumatera Barat, yang bertujuan sebagai jalan memajukan perekonomian. Ke depannya, sangat diharapkan kebijakan yang lebih tepat dari pemerintah dengan tidak mengabaikan budaya dan karakter masyarakat Sumatera Barat.
Jika perlu, sangat baik jika ada pihak yang secara sukarela melakukan riset pra dan pasca TdS kepada masyarakat, agar tercipta perhelatan TdS yang benar-benar sesuai dan proporsional. Apakah ada yang berminat?.