Oleh: Imam Sodikin
Semangat revolusi mental harus terlebih dahulu dilakukan menyeluruh di institusi pemerintahan. Jika ada pejabat negara atau institusi pemerintahan bobrok mental, maka semua sistem akan hancur.
Kalau kita bicara birokrasi nan bobrok, yang juga dilingkupi kepribadian bobrok maka masyarakatnya akan acakadut. Kita mesti menyadari kalau kita harus berjuang mengubah itu. Sebab banyak hal yang mesti diubah, seperti etos kerja itu sendiri. Misalnya, pemberian insentif kepada pejabat di birokrat. Karena, pejabat pemerintahan walaupun tidak hadir tetap saja mendapatkan gaji serta insentif lainnya, sehingga menjadikan sebagian mereka malas masuk kerja.
Itu harus diubah dan harus diperbaiki. Insya Allah kalau di sisi birokrasi ada perbaikan, masyarakat juga bisa berubah. Misalnya, menyinggung soal revolusi mental yang ada di tubuh DPR. Para legislator DPR, kerap bergerak dan berbicara serta tidak takut kepada pimpinan DPR.
Para anggota DPR, biasanya hanya takut kepada pimpinan fraksi dan pemimpin partai, karena merekalah yang memiliki kewenangan untuk bertindak kepada anggota DPR tersebut.
Indonesia saat ini menghadapi suatu paradoks pelik yang menuntut jawaban dari para pemimpin nasional. Setelah 18 tahun melaksanakan reformasi, masyarakat malah bertambah resah dan galau.
Dengan dipimpin bergantian oleh empat presiden antara 1998 dan 2014, mulai dari BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Indonesia telah mencatat sejumlah kemajuan di bidang ekonomi dan politik. Mereka memimpin di bawah bendera reformasi yang didukung oleh pemerintahan yang dipilih rakyat melalui proses yang demokratis.
Di bidang politik, masyarakat sudah banyak menikmati kebebasan serta hak-haknya dibandingkan sebelumnya, termasuk di antaranya melakukan pergantian pemimpin secara periodik melalui pemilu yang demokratis.
Di sisi lain, kita melihat dan merasakan kegalauan masyarakat seperti yang dapat kita saksikan melalui protes di jalan-jalan di kota besar dan juga di ruang publik lainnya, termasuk media sosial.
Pemimpin nasional dan pemikir di Indonesia bingung menjelaskan fenomena bagaimana keresahan dan kemarahan masyarakat justru merebak. Sementara, oleh dunia, Indonesia dijadikan model keberhasilan reformasi yang menghantarkan kebebasan politik serta demokrasi bersama pembangunan ekonomi bagi masyarakatnya.
Yang sangat memilukan hati, “Mental Pejabat Malah Makin Terpuruk” sehingga masyarakat serasa tak lagi memiliki pejabat yang betul-betul memperhatikan nasib masyarakatnya.