Dharmasraya, TD.Com – Orang nomor satu di Kabupaten Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, menghadiri acara pertemuan seluruh Raja Raja di Pagaruyung. Acara ini diadakan di Istana Silinduang Bulan Pagaruyung Darul Qorror, Ahad (4/04/2021).
Perhelatan pertemuan ini adalah untuk menjalin silaturahmi antar Raja se-Pagaruyung sebelum menjelang bulan suci Ramadan. Dengan diadakan acara ini, hubungan antar raja raja dapat terjalin dengan baik dan bisa mempererat hubungan kekeluargaan.
Menurut Raja Pagaruyung, H. Sutan Farid Tayib, bahwa kegiatan ini adalah awal silaturahmi yang direncanakan dahulu. Tapi karena terhalang pandemi, maka baru hari ini dapat terlaksana.
“Kita berharap kegiatan jalinan silaturahmi ini dapat terus kita lakukan setiap tiga bulan sekali. Sehingga hubungan kita dapat terus terjalin dengan baik, dan dapat mempererat silaturahmi kita antar raja raja di Istana Pagaruyung, ” harap Raja Pagaruyung.
Bupati Dharmasraya mengucapkan terima kasih dirinya telah diundang dalam acara pertemuan silaturahmi tersebut. Tahun ini kata Sutan Riska, adalah tahun yang berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Karena pertemun kali ini terlaksana dimasa pandemi, yang mengubah tatanan kehidupan kita.
“Walaupun kita berada dalam masa pandemi, Alhamdulillah pertemuan silaturahmi ini dapat terlaksana. Sehingga hubungan kekeluargaan dapat terus mempererat hubungan antar raja. Serta memperkuat persatuan Kerajaan Pagaruyung, ” ungkap Sutan Riska.
Kata Sutan Riska, ada beberapa hal yang menjadi pemikirannya bahwa adat, agama dan pemerintah dapat menjadi satu jika kita memiliki visi yang jelas dalam mengangkat harkat dan martabat kaum adat di Minangkabau. Sehingga masyarakat dapat melihat dan memberikan perhatian yang baik kepada kita.
“Kita akan terus berupaya menunjukkan bahwa kita mampu memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat kita khususnya, dan masyarakat Sumatera Barat umumnya, “ungkap Sutan Riska Tuanku Kerajaan.
Dengan adanya pertemuan ini, Riska berharap dapat terbentuk wadah di Sumatera Barat untuk seluruh raja raja yang ada di Pagaruyung agar dapat terus menjalin keakraban, kekeluargaan dan hubungan silaturahim yang baik. Dan diharapkan wadah tersebut dapat terbentuk dengan baik, dan akan terlaksana secepatnya sehingga dapat memberikan kontribusi bagi Sumatera Barat.
“Dengan adanya wadah ini maka kita akan memperlihatkan kepada dunia luar, bahwa Minangkabau memiliki sesuatu yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Yaitu adat yang kita miliki saat ini, sehingga sesuatu yang luar biasa ini bisa kita banggakan dan kita perlihatkan kepada dunia luar, ” beber Bupati Dharmasraya dua periode.
Sementara itu, Bupati Tanah Datar, Eka Putra, menegaskan bahwa ia sebagai orang nomor satu di Tanah Datar akan mendukung penuh dan bertanggungjawab bahwa Kerajaan Minangkabau untuk terus eksis dan dihargai serta dihormati oleh seluruh nusantara ini.
“Saya pribadi dan sebagai Bupati Tanah Datar akan terus membantu dan bertanggungjawab, untuk mendukung keeksisan Kerajaan Pagaruyung yang kita cintai ini. Sehingga dapat terus berkembang, dihargai dan dihormati oleh seluruh masyarakat di seluruh nusantara, ” ungkap Bupati Tanah Datar.
Sepintas profil Istano Silinduang Bulan
Nama Silinduang Bulan adalah nama yang diberikan kepada Istana Raja Pagaruyung setelah dipindahkan dari Ulak Tanjuang Bungo ke Balai Janggo pada tahun 1550 oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Gamuyang Sultan Bakilap Alam (Sultan Alif Kalifatullah Johan Berdaulat Fil’Alam I), Raja Alam sekaligus pemegang jabatan Raja Adat dan Raja Ibadat Pagaruyung. Tahun ini sebagai penanda awal diberlakukannya secara resmi hukum syariat Islam di seluruh kerajaan Pagaruyung menggantikan hukum-hukum yang bersumber dari agama Buddha Tantrayana.
Kemudian Istano Silinduang Bulan dibangun kembali pada tahun 1750, karena bangunan lama telah tua dan mulai runtuh. Pada tahun 1821, istana ini terbakar dalam kecamuk Perang Paderi. Pada tahun 1869, Istano Silinduang Bulan dibangun lagi oleh Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu, kemenakan dari Sultan Tangkal Syariful Alam Bagagar Syah Yang Dipertuan Hitam, serta putri dari Yang Dipertuan Gadih Reno Sori dengan Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang (pemegang jabatan Raja Adat, Raja Ibadat, dan Raja Alam). Pada tanggal 4 Agustus 1961 Istano Silinduang Bulan terbakar lagi.
Istana yang ada sekarang didirikan kembali di tapak Istana yang terbakar pada tahun 1961. Pembangunannya dimulai pada tahun 1987 dan diresmikan pada tahun 1989. Diprakarsai oleh Sutan Usman Yang Dipertuan Tuanku Tuo Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung, Tan Sri Raja Khalid bin Raja Harun, Raja Syahmenan bin Raja Harun, Aminuzal Amin Datuk Raja Batuah, Basa Ampek Balai, ninik mamak nagari Pagaruyung, anak cucu keturunan dari Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dalam kaitannya sebagai sapiah balahan, kuduang karatan. Kemudian didorong sepenuhnya oleh Azwar Anas, Gubenur Sumatra Barat. Namun pada tanggal 21 Maret 2010, istana ini kembali terbakar.
Discussion about this post