Padang, TD – Bila kita kembali meneropong sejarah panjang berdirinya PT. Semen Indonesia (PTSI). Dirasa, masyarakat Sumatera Barat lah yang lebih banyak memahami, khususnya Kota Padang. Pertanyaannya, kenapa masyarakat Sumbar yang lebih banyak mengetahui?. Lebih jelasnya, pembaca setia media ini bisa konfirmasi ke Semen Indonesia.
Namun rekam jejak dibalik goresan munculnya nama itu, tampaknya hanya sedikit yang tahu siapa sosok penggagas, pejuang dan pendiri PT. Semen Indonesia tersebut. Jelasnya, dia adalah sosok yang sederhana, jujur dan bijaksana. Selain tak berharap balas jasa, dia pun tidak ingin terlalu dipublikasikan. Bagi dia, berbuat dan berkarya untuk negara dan orang banyak dibidang dunia persemenan, adalah cermin moto kesuksesan pada dirinya sendiri. Sebut Amril, Ketua LSM PENJARA Prov. Sumbar, Minggu (19/11/17).
Meskipun namanya tak lagi begitu dikenang. Akan tetapi, program karya nyatanya telah dinikmati oleh ribuan banyak orang. Dengan terbuktinya Semen Indonesia berkibar melangit di pelosok negeri dan mancanegara. Tidaklah berlebihan bila kita sematkan penghargaan padanya. Selain Semen Indonesia akan terus bergulir ke generasi-generasi berikutnya, juga terbukti sukses menjadi salah satu asset kebanggaan BUMN.
History goresan lahirnya Semen Indonesia itu memang luar biasa mengagumkan. Jika flashback, memang panjang perjalanannya bila berbagi cerita. Setidaknya, bukti nyata anak bangsa pejuang PTSI yang pada masa itu, dalam waktu singkat sukses menghantarkan Semen Indonesia menjadi produksi semen yang disegani dunia. Sekali lagi “Patut di acungkan JEMPOL”. Pungkas Amril menuturkan.
“Satrio memang pantas disebut Satria, sebab nama sosok pejuang itu lekat pada eranya. Dibawah tekanan banyak pihak kala itu. Dia mampu tampil bijaksana, mengambil keputusan yang cepat dan tepat”. Sebut salah seorang mantan karyawan PT. Semen Padang, yang akrab disapa Eri.
“Tidak seperti sekarang, untuk penetapan direksi PTSP saja, berbulan-bulan masih molor hingga sekarang, sebut Iwan Muyar, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Kilangan.
Dirinya berharap, kita tak musti lupakan sejarah panjang seputar perjalanan suka dukanya sosok pejuang pendiri Semen Indonesia. Oleh karenanya, jangan anggap remeh perjuangan luar biasa sosok pendiri itu. Tanpa dia, bisa bermungkin pabrik Indarung berbuah menjadi bangunan dan besi-besi tua. Untuk itu, haruslah bersama hargai perjuangan beliau tersebut. Bagaiman cara menghargainya?. Cukup dengan berbakti, bekerja serius dan jujur demi tercapainya kemajuan masing-masing anak perusahaan semen BUMN ini. Baik sekarang maupun kedepan, sebut dia menyampaikan.
“Disetiap anak perusahaan dunia persemenan ini, bilamana pimpinan dengan bawahan saling bersinergik begitu juga dengan masyarakat lingkungan, tentulah perusahaan menjadi tumbuh baik dimata publik”, tutup Iwan Muyar singkat.
Sebagai karyawan, meskipun hanya level bawah. Bila telah menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggungjawab. Itu samalah artinya bahwa kita telah menghargai jasa-jasa pejuang Semen Indonesia itu. Sebut Andre, salah seorang mantan karyawan disalah satu anak perusahaan PTSP, minggu lalu kepada media ini.
Perlu dihindari, jangan menggerogoti perusahaan. Ambisi mengejar ke untungan pribadi atau kelompok “hindari..!”. sebab perilaku itu jelas perbuatan memalukan. Bila tak mau mengingat atau menghargai siapa yang menanam, sebaiknya rawatlah batangnya dengan baik dan benar, jangan racuni dengan cara merampok buah ataupun kulitnya. Untuk itu, para petinggi PTSP harus berjuang membawa perusahaan kebanggaan urang awak ini ke level tertinggi, bak seperti pejuang SI dulu itu. Sebutnya lagi.
Menurut pendapat saya, sebut Ketua LSM Penjara Prov. Sumbar meneruskan, ada beberapa tips terkait cara menghargai dan mengisi jasa-jasa pejuang Semen Indonesia itu, contohnya:
- Sebagai petinggi musti saling menghormati, bekerja dengan baik, jujur dan bertanggungjawab. Utamanya, berikanlah kemudahan dan kebijaksanaan, baik pada karyawan level bawah maupun sesama kawan. Ciptakan kekompakan untuk kemajuan perusahaan.
- Bertanggungjawab dan amanah dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban kita sebagai petinggi, serta jujur menjalankan lajunya roda perusahaan. Utamanya, tetap menjaga hubungan baik serta meningkatkan silahturahmi pada masyarakat lingkungan dan lainnya.
- Memupuk semangat untuk memajukan perusahaan, dengan tetap mengedepankan kesejahteraan karyawan. Seirama senada dengan sesama petinggi, dan bersinergiklah dengan holding.
Kalau menyoal metode dalam penerapan strategi pengembangan perusahaan, pangsa pasar dan sebagainya. Semua petinggi perusahaan di BUMN ini sudah pakar dan cerdas memainkannya. Namun kalau menyoal perbaikan akhlak. Maka alangkah baiknya tiga point tips diatas, dilaksanakan dengan tekun demi tumbuh kembangnya perusahaan dan iman didada. Sekian dan terima kasih, diterima Alhamdulillah, bila tidak terlalu, sebut Amril menyudahi perspektifnya.
Kita musti garis bawahi, politik bisnis didunia perseman ini bisa dimainkan disegala lini. Sebab pesaing merek lain juga memainkan strategi jitunya. Baik memainkan di internal dan eksternal perusahaan, strategi menyusup ditubuh perusahaan pesaing bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Jika holding lengah dan atau penetapan jabatan strategis tidak teliti di setiap anak-anak perusahaan, bukan tidak mungkin oknum-oknum anak perusahaan memainkan politik tidak baik, yakni bermain dibelakang layar untuk kepenting semen merek lain. Sebut Ir.Indrawan, salah seorang pemerhati PTSI seakan berprediksi.
Kita harus bercermin dan sudah cukuplah masa kelam 2003 sebagai referensi mutlak untuk kehatia-hatian kedepan. Jika terbuai dengan kenyamanan dan keberhasilan saat ini, dengan tidak lagi berkaca kebelakang. Ambang kegaduhan bisa saja terulang kembali.
Bilamana nantinya penetapan direksi baru PTSP sudah terbentuk. Prinsip loyal pada perusahaan dan holding, harus benar-benar ditunjukan. Jangan berpolitik broker, jangan gerogoti perusahaan dan sifat buruk lainnya. Tiadalah berguna hidup ini bila berbuat kesalahan. Papar Indrawan.
Perilaku nan jujur dan bijaksana, pastilah datangkan pahala berlimpah sertakan kebahagian tiada terkira. Jagalah iman dan jangan langgar amanah sumpah jabatan. Jadilah pemimpin tangguh di anak perusahaan persemenan BUMN ini.
Jangan berlaku seperti Ibarat kata pepatah minang, “kato nan bana indak baturuik, manandokan ingiran bathin nan balik”. Artinya seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya telah rusak. Tapi pakailah sifat bak kata pepatah ini “Alua samo dituruik, limbago samo dituang. Alat baaluah jo bapatuik, makanan banang sarato siku-siku” (seorang yang mentaati amanah bersama dan dipatuhi secara bijak, pastilah datangkan kemenangan untuk bersama). Paparnya lagi.
Melihat harapan masyarakat, lanjut Indrawan, bila direksi baru PTSP sudah ditetapkan, semangat serius menjalankan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) pada setiap aspek bisnis dan jajaran nan meliputi keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas serta lainnya “dapat terwujud”. Semangat membangun mekanisme pengelolaan bisnis yang andal, betul-betul dilaksanakan demi tercapainya penerapan praktik-praktik tata kelola perusahaan nan baik.
Penerapan asas transparansi musti benar-benar ditunjukan. Misalnya, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan dan media komunikasi yang intensif nan dikelola secara professional. Sehingga pemegang saham, masyarakat serta seluruh pemangku kepentingan, dapat mengetahui kinerja dan kegiatan pengelolaan perusahaan secara merata. Dan diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham pada khususnya dan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang lain pada umumnya. Saran Ir.Indrawan yang dulunya pernah berkecimpung di salah satu perusahaan ternama negeri ini.
Sekarang ini, yang perlu dijawab segera adalah penetapan direksi baru PTSP harus “cepat dan tepat”, tak musti molor, karena sosok itu sudah didepan mata. Jangan biarkan kapal berlayar tanpa nahkoda, sudahi kekawatiran para awak kapal agar tidak terus menjadi “resah”.
“Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak hanyuik. Anyuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo” (persoalan yang tidak didudukan sedangkan pelaksanaannya seakan dilalaikan. Sebab karena mengutamakan suatu urusan yang kurang penting, hingga yang lebih penting tertinggal olehnya). Tutur Indrawan sembari berpantun.
“Alangkah mulianya para nenek moyang terdahulu berkarang pantun, berpesan kebaikan pada kita semua, tak bedanya seperti sosok pejuang mulia PTSI dulu itu”. Tutup Indrawan menyudahi pandangannya kepada penulis ini. (TIM).
Discussion about this post