Oleh : Zamzami
Cerdas berkomunikasi lisan maupun tulisan, tentulah menjadi impian setiap orang, karena dunia tanpa komunikasi rasanya tentu hambar. Tulisan ini ingin menambahkan apa yang telah ditulis Dr. Emeraldi Chatra dalam tulisannya yang berjudul “Lisan VS Tulisan” yang dimuat di WAG Cendekia Menulis 20-11-2017.
Dengan lugas beliau menjelaskan dalam tulisannya itu bahwa, tradisi lisan yang telah dijaga banyak daerah dari dahulunya membutuhkan kecerdasan fikiran dan emosional. Butuh daya ingat yang tajam, utamanya kejujuran. Karena akan sangat tidak dapat dipertanggungjawabkan sesuatu yang disampaikan secara oral jika tanpa diiringi sifat jujur dari sang pembawa pesan.
Banyak negara telah terbebas dari penjajahan berkat komunikasi secara lisan dan tulisan, dan banyak juga negara yang hancur karena lemahnya Komunikasi yang mereka mainkan. Kita tentu ingat bagaimana Muhammad Rasulullah diawal kenabian, mengutus sahabat yang terkenal briliant ke berbagai pelosok negeri untuk berdakwah. Sebagaimana kisah sahabat Mush’ab bin Umair, orang yang pertama diberi perintah sebagai Duta dan Guru Besar Bagi Penduduk Yastrib.
Dengan kecerdasan Mush’ab dan kelihaiannya berkomunikasi Oral, telah mebuat puluhan penduduk Yastrib masuk Islam. Dari yang tadinya hanya berjumlah belasan orang kaum Auz dan Khazraj, kini berkat Mush’ab bisa dipastikan hampir seluruh kabilah di Yastrib sudah mendukung perjuangan Rasulullah. Sebagaimana kita tahu, berkat dukungan penuh penduduk Yastrib itulah nanti Kota Mekah Bisa di Taklukkan.
Tradisi tulis juga menjadi andalan Rasul untuk berdakwah ke negeri jauh, sebagaimana Rasul juga pernah berkirim Surat kepada berbagai Raja dan penguasa di dalam dan diluar Jazirah Arab. Sebut saja misalnya Yaman, Aila (dekat teluk Aqaba), Hijaz, Tihama dan Najd. Dengan kekuatan komunikasi tulis Rosul juga menjadi asbab semakin meluasnya daerah ekspansi Islam. Kita tentu juga ingat bagaimana Rasul menerapkan sistem pembebasan bersyarat para tawanan perang dengan cara harus mengajar sahabat baca tulis.
Adapun kebiasaan belajar dan mengajar baik secara lisan maupun tulisan juga dilakukan secara berkelanjutan oleh sahabat Rasul, untuk menjaga keaslian Al-quran. Adapun para sahabat Nabi yang tekun mengajar dan belajar dimasa hidup Rasulullah ini disebut dengan Qurra’. Sebagian dari mereka telah menghimpun Al-Quran seluruhnya. Diantaranya adalah seorang wanita yang dikenal dengan nama Ummi Waraqh binti Abdullah bin Harits.
Menurut keterangan beberapa ulama, sebagian qurra’ dari ke¬lompok ini terkenal sebagai pengajar Al-Quran. Mereka itu adalah Usman, Ali, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa al-Asy’ari. Kemudian berlanjut kepada kelompok selanjutnya yang masing masing mempunyai murid murid yang juga belajar dan mengajarkan Al-Quran.
Demikianlah komunikasi Lisan dan tulisan telah dicontohkan Islam sejak dahulu, Semoga kedepan semakin banyak bermunculan para “komunikator” yang cerdas dan jujur. Aamiin.
Discussion about this post