Oleh: Taf Chaniago.
Target Sumbar – Terkadang kita lupa bahwa di Negara besar ini kita hidup bersama dengan beragam etnis, agama, adat, bahasa dan sebagainya. Lelahnya menjalankan berbagai pekerjaan dan kehidupan di era modern ini, serasa telah merenggangkan jarak silahturahim antara kita sesama umat manusia.
Kita semua bagaikan sebuah energi yang saling bekerja dan membangun tubuh, namun tak jarang bila diantara kita saling menyakiti dan membenci, hanya untuk sedikit kepentingan yang pragmatis dan cenderung eksploitatif. Sehingga menjadikan kita enggan untuk saling berbagi dan membagi.
Lunturnya rasa kebersamaan, tingginya tarik menarik kepentingan menjadi pemandangan menyedihkan bangsa besar ini. Menurunnya moral banyak kita terus merasuki jiwa. Sudah saatnya kita sadar dan membuka hati nurani, sudah waktunya kita belajar untuk saling merasakan dan meredakan konflik beragam bangsa ini, jangan biarkan berlarut dan terlarut. Negara ini akan semakin hidup, jika dijalani dengan kebersamaan, berbagi dan membagi.
Berusahalah untuk tidak lagi memperparah sebuah jarak yang sudah lebar di antara hubungan sesama manusia. Ruangkanlah banyak tempat di hati kita untuk memberi dan mengasihi, jangan ada lagi ego diri yang berujung memperlebar jarak dan memperburuk silahturahmi.
Saat ini kita rasakan bersama, bangsa yang kita cintai sedang dirundung polemik, masalah yang mengancam persatuan dan kesatuan, terus menghangat tak berkesudahan. Soekarno pernah berpidato, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan milik suatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.
Bangsa kita adalah bangsa yang dikenal dengan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai tata krama, persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi “Bhineka tunggal ika”.
Tentunya hidup ini sangat indah jika dilalui dalam kedamaian. Seperti Kekuatanku, hari ini untuk membangun kesiapan menghadapi masalah dan kesulitan apa pun. Kekuatan yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia hari ini untuk menatap masa depan yang penuh dengan kedamaian, berhenti untuk saling menghujat! Tolong-menolonglah dalam kesabaran dan kebaikan. Kenalilah lebih banyak saudaramu sebangsa dan setanah air karena dari situ sikap saling menghargai berawal dan mendasar.
Memberi lebih baik daripada menerima. Karena dengan “memberi”akan tebersit rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah didapat. Maka, Indonesia yang damai pun tak sekadar retorika.
Isu terorisme dunia yang secara tidak langsung benar atau tidak benar mengarah ke negeri ini, tentunya akan menjadi cobaan bagi kita. Kewaspadaan harus kita tingkatkan agar tidak termakan isu yang hanya akan menyebabkan negeri kita menjadi terpecah belah atas sikap kita sendiri.
Saya percaya sepenuhnya bahwa tidak mungkin orang yang beriman akan berperilaku keji, mestilah yang berbuat kekejian adalah orang yang menginginkan kerusakan bagi kita semua.
Umat Islam Indonesia dan juga umat beragama lainnya diharapkan dapat menjadi momentum yang baik untuk saling memper-erat persaudaraan, bergandengan tangan dan tidak ada lagi pertengkaran. Jangan sampai permasalahan kecil berujung memecah belah kita.
Semoga Allah SWT kan selalu menolong dan membimbing kita semua. Mungkin bagi mereka yang menginginkan kehancuran ummat, kehancuran negeri, disegerakan sadar dan bertoubat.
Meski demikian, jangan pernah bertindak emosional sehingga kita terjebak yang berujung hanya akan memperparah masalah. NKRI adalah harga mati.
Saudaraku!!, yang paling kita butuhkan di negeri ini adalah kedamaian, alam negeri kita sangat kaya dan tidak akan bisa kita kelola jikalau waktu kita habis untuk bertengkar. Jangankan sebuah Negeri, ibarat rumah yang kita bangun dengan kasur yang empuk, acesories yang mahal, tidak akan ternikmati andaikata suami dan istri sibuk bertengkar. Tidak akan bahagia jika orang tua dan anak selalu bertengkar, di kantor tidak akan nyaman jika atasan dengan bawahan saling bertengkar. Apa yang bisa diperoleh dari pertengkaran? pastinya kehancuran!.
Sedikit penulis uraikan, mengapa sering terjadi pertengkaran perbedaan?, salah satu penyebabnya adalah karena kita belum terbiasa menyikapi perbedaan dengan cara yang paling tepat, kita sering melihat perbedaan itu sebagai permusuhan, mental kita belum siap melihat dan menerima perbedaan. Beda pendapat sering dianggap perlawanan dan terkadang di anggap permusuhan, sehingga setiap orang lebih sibuk membela pendapatnya sendiri tanpa peduli dengan pendapat orang lain.
Untuk itu, sudah waktunya kita kembali membangun persaudaraan, membangun silahturahim, cintai negeri ini seperti mencintai diri sendiri. Jangan biarkan Negara ini tercabik-cabik oleh sekelompok kepentingan manusia-manusia tak bermoral penghianat bangsa.