Padang, targetsumbar.com – Tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Tradisi “babako” masih hidup di tengah masyarakat Minangkabau sebagai lambang penguatan tali kekerabatan sekaligus untuk menjaga silaturahim antar dua keluarga besar.
Hal ini diungkapkan Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt. Marajo saat diminta memberikan tausiyah pada acara babako cucu pertamanya di Palanta Rumah Dinas Jalan A. Yani, Minggu (22/1/2017) petang.
“Tradisi babako adalah warisan budaya yang patut dilestarikan lantaran memiliki makna penguat kekerabatan dan silaturahim, “kata Mahyeldi.
Mahyeldi mengaku tidak henti-hentinya bersyukur dikarunia cucu perempuan yang sehat, bernama Ashalina Suzianndiny Hafiz atau dipanggil Zee Zee, yaitu buah pernikahan putri pertamanya Dini Mutmainah dan Havizh Zainal Putra. Zee Zee lahir Rabu (5/10/2016), di RS Siti Hawa Padang.
Raut bahagia terpancar dari wajah Mahyeldi. Begitupun istri, Harneli Bahar. Keduanya minta dipanggil Inyiak dan Uwo oleh sang cucu.
Adapun rombongan yang datang dari pihak bako tersebut diantaranya H. Zainal dan istri yang merupakan besan dari Walikota Padang. Keduanya pun dengan bangga minta disebut Opa dan Oma oleh cucunya.
Prosesi babako berlangsung khidmat, dibuka dengan lantunan ayat suci, diisi tausyiah dan ditutup dengan doa yang dipimpin besan Walikota.
Sebagai ulasan, babako adalah tradisi menyambut kehadiran anggota keluarga baru yang ditandai dengan kunjungan dari pihak keluarga ayah atau suami. Biasanya kunjungan tersebut disertai dengan bawaan atau buah tangan sebagai bentuk pemberian untuk anak dari keluarga ayahnya. Babako sendiri berasal dari kata bako yang berarti keluarga dari pihak ayah. Sedangkan sebaliknya “bako” menyebut si anak dari saudara laki-laki mereka adalah “anak pisang”. (DU/Yz)